Selasa, 26 Agustus 2014

GUA MARIA SENDANG RATU KENYO

GUA MARIA SENDANG RATU KENYO, WONOGIRI
                                        
Gua Maria Sendang Ratu Kenyo Wonogiri terletak di Paroki Santo Ignasius Danan, Giriwoyo, Surakarta, Jawa Tengah. Masyarakat setempat mengenal tempat ini sebagai Sendang Growong (Gua yang memiliki ruangan besar di sebelah dalamnya). Sebelum di jadikan tempat Ziarah Bunda Maria, Gua ini di kenal angker, karena di yakini sebagai tempat tinggal “ Setan Besil “. Setan itu berhasil di usir berkat doa Novena Sembilan Hari yang di lakukan oleh umat Katolik setempat yang di pimpin oleh Petrus Suhirman, seorang katekis yang tinggal di Dusun Ngampohan. Doa Rosario Sembilan Hari itu melibatkan 12 warga lain yang sudah menjadi Katolik dan calon baptis. Yang sudah di baptis menjadi Katolik adalah Petrus Suhirman, A.Y. Suratman, Y.B. Suwardi. Sisanya adalah calon baptis (Saijo, Saijan, Jaino, Maino, Sayem, Marsinah, Minem, Soni dan Sanem). Mereka berdoa selama sembilan hari berturut-turut pada jam yang sama dan dengan cara yang sama pula. Selama berdoa mereka mengenakan rosario, gambar Bunda Maria dan obor berbentuk Salib dengan lima buah sumbu yang menyala. Obor itu melambangkan penderitaan Tuhan Yesus di Kayu Salib. Gambar Bunda Maria di lukis oleh H. Sutarno pada selembar kertas padalarang.
Doa Rosario Sembilan Hari itu di mulai tanggal 22 April 1957 di rumah Petrus Suhirman di Dusun Ngampohan pada pukul 19.00 wib. Mereka berarak menuju Dhanyangan Growong dengan urutan sebagai berikut : gambar Bunda Maria, obor, para calon baptis, umat yang telah di baptis dan Petrus Suhirman sebagai pemimpin. Setibanya di Gua, mereka memanjatkan doa dengan ujud mengusir makluk halus. Para peserta juga di berikan kesempatan untuk menyampaikan doa spontan. Seusai doa, mereka kembali berarak sambil berdoa Rosario menuju kediaman Petrus Suhirman. Acara doa berakhir sekitar pukul 21.00 wib. Sejak hari pertama hingga hari keenam, tidak terjadi keanehan selama mereka berdoa. Namun pada hari ketujuh, mereka menyaksikan suatu mukjizat, ketika mereka sedang berdoa, tiba-tiba muncul bola api sebesar periuk dari dalam sebatang pohon unut yang bergerak cepat meninggalkan Dhanyangan Growong menuju kearah selatan dan barat. Seketika itu juga terdengar suara jerit tangis dan rintihan misterius berkali-kali “ aduh panase, ayo lunga “ (aduh panasnya, ayo pergi). Sejak peristiwa itu Gua tersebut menjadi tenang dan damai. Kemudian namanya di ganti menjadi Sendang Ratu Kenyo sesuai usulan Petrus Suhirman. Sendang merupakan bahasa Jawa yang berarti sumber air, yang melambangkan sumber kehidupan dan sumber rahmat Tuhan yang selalu mengalir. Rahmat Tuhan itu akan selalu di alirkan dan di salurkan oleh Ratu Kenyo (Ratu Perawan), yakni Bunda Maria. Dalam suatu perayaan Ekaristi di Gereja Stasi Danan pada bulan Juli 1957, Pastor Paroki Purbayan Surakarta Romo Purwodiharjo menyerahkan Patung mungil Bunda Maria yang terbuat dari batu untuk di tahtakan di dalam Gua Sendang Ratu Kenyo. Ukuran Gua alam itu tergolong kecil dengan ketinggian sekitar satu meter dan lebar kurang dari satu meter. Sejak saat itu, Gua Maria Sendang Ratu Kenyo menjadi tempat ziarah bagi umat setempat, terutama pada bulan Mei dan Oktober. Pada tahun 1958, Gua ini di renovasi karena di nilai terlalu sempit untuk Patung Bunda Maria. Sebagai gantinya, dibikin Gua baru yang juga berukuran kecil. Namun umat tidak pernah puas dengan ukuran dan berbentuk Gua itu. Sebab itu pada tahun 1960, Gua itu di bongkar dan di ganti dengan Gua baru yang lebih besar dan indah. Pembangunan Gua baru ini melibatkan satu panitia khusus yang di pimpin oleh Ig. Suratno dan di dampingi oleh Y. Suwarno, H. Sutarmo, Ratno Siswoyo,      Ig. Noto Rahardjo dan Ag. Siswo Admojo. Sementara itu Y. Suwarno membuat patung Bunda Maria dari batu yang di pahat setinggi satu meter. Namun seiring dengan perjalanan waktu, Gua ini kurang terawat dan tertimbun oleh erosi tanah. Kondisinya kembali membaik setelah Romo J. Stormmesand, SJ menjabat sebagai Pastor Paroki Santo Yusuf Baturetno sejak tahun 1980 – 1984. Ia mengajak umat berziarah ke Gua itu terutama pada bulan Mei dan Oktober. Pastor ini juga mentradisikan perayaan Ekaristi pada pembukaan dan penutupan Bulan Maria dan Bulan Rosario. Tidak hanya itu, Romo ini juga berinisiatif untuk merenovasi penampilan Gua itu dan memperluas lokasinya. Dia juga menugaskan             M. Haryanto untuk membuat patung Yesus yang tersalib seukuran orang dewasa dari semen. Patung kemudian di tempatkan di lereng bukit, tepatnya di sebelah timur Gua Maria.
Namun, rupanya para peziarah yang berkunjung ke Gua Maria Sendang Ratu Kenyo belum juga puas dengan renovasi itu. Pada bulan April 1996, Kelompok Pelayanan Kasih Hati Ibu yang Bahagia yang berpusat di Cimahi, melakukan aksi sosial di Desa Bopto, Baturetno dan mereka berkunjung ke Gua Maria Sendang Ratu Kenyo ini. Pada tanggal 27 April 1996, dalam doa bersama yang dihadiri sekitar 1.500 umat, Pemimpin Kelompok Doa tersebut Ibu Agnes Suwarno, konon mendapat pesan istimewa dari Bunda Maria : “ Aku perintahkan kepadamu anak-anakku dari Kelompok Pelayanan Kasih Hati Ibu yang Bahagia untuk bekerja sama dengan Imammu memperindah tempat doa yang aku berikan ini “.

Pemugaran Gua ini rampung pada September 1997, tinggi bangunan Gua 8 meter, panjang 30 meter, tinggi mulut Gua kira-kira 3 meter dan lebarnya 2 meter. Patung Bunda Maria seukuran orang dewasa di letakkan di dalam Gua. Luas lokasi ziarah ini sekarang mencapai 15.000 m2. Gua Maria Sendang Ratu Kenyo yang baru ini di resmikan pada tanggal           30 September 1997 oleh Mgr Isaac Dura selaku pembimbing rohani Kelompok Pelayanan Kasih Hati Ibu Yang Bahagia, Gua ini di lengkapi dengan Kapel, Stasi-Stasi Jalan Salib, tempat penampungan para peziarah dan sumur air.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar