GUA MARIA SENDANG RATU KENYO, WONOGIRI
Gua Maria Sendang Ratu Kenyo Wonogiri terletak di Paroki
Santo Ignasius Danan, Giriwoyo, Surakarta, Jawa Tengah. Masyarakat setempat
mengenal tempat ini sebagai Sendang Growong (Gua yang memiliki ruangan besar di
sebelah dalamnya). Sebelum di jadikan tempat Ziarah Bunda Maria, Gua ini di
kenal angker, karena di yakini sebagai tempat tinggal “ Setan Besil “. Setan
itu berhasil di usir berkat doa Novena Sembilan Hari yang di lakukan oleh umat
Katolik setempat yang di pimpin oleh Petrus Suhirman, seorang katekis yang
tinggal di Dusun Ngampohan. Doa Rosario Sembilan Hari itu melibatkan 12 warga
lain yang sudah menjadi Katolik dan calon baptis. Yang sudah di baptis menjadi
Katolik adalah Petrus Suhirman, A.Y. Suratman, Y.B. Suwardi. Sisanya adalah
calon baptis (Saijo, Saijan, Jaino, Maino, Sayem, Marsinah, Minem, Soni dan
Sanem). Mereka berdoa selama sembilan hari berturut-turut pada jam yang sama
dan dengan cara yang sama pula. Selama berdoa mereka mengenakan rosario, gambar
Bunda Maria dan obor berbentuk Salib dengan lima buah sumbu yang menyala. Obor
itu melambangkan penderitaan Tuhan Yesus di Kayu Salib. Gambar Bunda Maria di
lukis oleh H. Sutarno pada selembar kertas padalarang.
Doa Rosario Sembilan Hari itu di mulai tanggal 22 April
1957 di rumah Petrus Suhirman di Dusun Ngampohan pada pukul 19.00 wib. Mereka
berarak menuju Dhanyangan Growong dengan urutan sebagai berikut : gambar Bunda
Maria, obor, para calon baptis, umat yang telah di baptis dan Petrus Suhirman
sebagai pemimpin. Setibanya di Gua, mereka memanjatkan doa dengan ujud mengusir
makluk halus. Para peserta juga di berikan kesempatan untuk menyampaikan doa
spontan. Seusai doa, mereka kembali berarak sambil berdoa Rosario menuju
kediaman Petrus Suhirman. Acara doa berakhir sekitar pukul 21.00 wib. Sejak
hari pertama hingga hari keenam, tidak terjadi keanehan selama mereka berdoa.
Namun pada hari ketujuh, mereka menyaksikan suatu mukjizat, ketika mereka
sedang berdoa, tiba-tiba muncul bola api sebesar periuk dari dalam sebatang
pohon unut yang bergerak cepat meninggalkan Dhanyangan Growong menuju kearah
selatan dan barat. Seketika itu juga terdengar suara jerit tangis dan rintihan
misterius berkali-kali “ aduh panase, ayo
lunga “ (aduh panasnya, ayo pergi). Sejak peristiwa itu Gua tersebut
menjadi tenang dan damai. Kemudian namanya di ganti menjadi Sendang Ratu Kenyo
sesuai usulan Petrus Suhirman. Sendang merupakan bahasa Jawa yang berarti
sumber air, yang melambangkan sumber kehidupan dan sumber rahmat Tuhan yang
selalu mengalir. Rahmat Tuhan itu akan selalu di alirkan dan di salurkan oleh
Ratu Kenyo (Ratu Perawan), yakni Bunda Maria. Dalam suatu perayaan Ekaristi di
Gereja Stasi Danan pada bulan Juli 1957, Pastor Paroki Purbayan Surakarta Romo
Purwodiharjo menyerahkan Patung mungil Bunda Maria yang terbuat dari batu untuk
di tahtakan di dalam Gua Sendang Ratu Kenyo. Ukuran Gua alam itu tergolong
kecil dengan ketinggian sekitar satu meter dan lebar kurang dari satu meter.
Sejak saat itu, Gua Maria Sendang Ratu Kenyo menjadi tempat ziarah bagi umat
setempat, terutama pada bulan Mei dan Oktober. Pada tahun 1958, Gua ini di
renovasi karena di nilai terlalu sempit untuk Patung Bunda Maria. Sebagai
gantinya, dibikin Gua baru yang juga berukuran kecil. Namun umat tidak pernah
puas dengan ukuran dan berbentuk Gua itu. Sebab itu pada tahun 1960, Gua itu di
bongkar dan di ganti dengan Gua baru yang lebih besar dan indah. Pembangunan
Gua baru ini melibatkan satu panitia khusus yang di pimpin oleh Ig. Suratno dan
di dampingi oleh Y. Suwarno, H. Sutarmo, Ratno Siswoyo, Ig.
Noto Rahardjo dan Ag. Siswo Admojo. Sementara itu Y. Suwarno membuat patung
Bunda Maria dari batu yang di pahat setinggi satu meter. Namun seiring dengan
perjalanan waktu, Gua ini kurang terawat dan tertimbun oleh erosi tanah.
Kondisinya kembali membaik setelah Romo J. Stormmesand, SJ menjabat sebagai
Pastor Paroki Santo Yusuf Baturetno sejak tahun 1980 – 1984. Ia mengajak umat
berziarah ke Gua itu terutama pada bulan Mei dan Oktober. Pastor ini juga
mentradisikan perayaan Ekaristi pada pembukaan dan penutupan Bulan Maria dan
Bulan Rosario. Tidak hanya itu, Romo ini juga berinisiatif untuk merenovasi
penampilan Gua itu dan memperluas lokasinya. Dia juga menugaskan M. Haryanto untuk membuat patung Yesus yang
tersalib seukuran orang dewasa dari semen. Patung kemudian di tempatkan di
lereng bukit, tepatnya di sebelah timur Gua Maria.
Namun, rupanya para peziarah yang berkunjung ke Gua Maria
Sendang Ratu Kenyo belum juga puas dengan renovasi itu. Pada bulan April 1996,
Kelompok Pelayanan Kasih Hati Ibu yang Bahagia yang berpusat di Cimahi,
melakukan aksi sosial di Desa Bopto, Baturetno dan mereka berkunjung ke Gua
Maria Sendang Ratu Kenyo ini. Pada tanggal 27 April 1996, dalam doa bersama
yang dihadiri sekitar 1.500 umat, Pemimpin Kelompok Doa tersebut Ibu Agnes
Suwarno, konon mendapat pesan istimewa dari Bunda Maria : “ Aku perintahkan
kepadamu anak-anakku dari Kelompok Pelayanan Kasih Hati Ibu yang Bahagia untuk
bekerja sama dengan Imammu memperindah tempat doa yang aku berikan ini “.
Pemugaran Gua ini rampung pada September 1997, tinggi
bangunan Gua 8 meter, panjang 30 meter, tinggi mulut Gua kira-kira 3 meter dan
lebarnya 2 meter. Patung Bunda Maria seukuran orang dewasa di letakkan di dalam
Gua. Luas lokasi ziarah ini sekarang mencapai 15.000 m2. Gua Maria
Sendang Ratu Kenyo yang baru ini di resmikan pada tanggal 30 September 1997 oleh Mgr Isaac
Dura selaku pembimbing rohani Kelompok Pelayanan Kasih Hati Ibu Yang Bahagia,
Gua ini di lengkapi dengan Kapel, Stasi-Stasi Jalan Salib, tempat penampungan
para peziarah dan sumur air.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar