Selasa, 26 Agustus 2014

GUA MARIA SENDANG ROSARIO NGIJOREJO,

GUA MARIA SENDANG ROSARIO NGIJOREDJO, WONOSARI

Keberadaan Umat Katolik di stasi Ngijorejo tidak lepas dari tokoh perintisnya yang tak lain adalah Bapak Atmo Suparto. Dialah seorang mantan Kamitua (Sesepuh Dusun) yang dipercaya warganya sebagai sesepuh yang mempunyai daya linuwih. Bapak Atmo Suparto, setelah berkenalan dengan agama Katolik yang masuk ke dusun Ngijorejo, menjadi tertarik dan meminta di baptis. Dan di baptislah ia pada bulan Desember 1933. Peristiwa pembaptisannya membawa dampak positif bagi perkembangan umat Katolik di Ngijorejo. Sebab mereka berpikir kalau seorang Bapak Atmo Suparto saja menjadi Katolik, para pengikutnya itupun segera mengikuti jejaknya. Demikianlah umat Katolik di Ngijorejo berkembang pesat sekali hingga merambah kedusun Beji, Wera, Ngasem, Kalidukuh, Petung, Gatak dan Kalidadap. Kondisi seperti itu mengundang perhatian khusus dari Romo Paroki. Sewaktu Romo T. Widyana, SJ berkarya di Wonosari perhatian khusus itu semakin meningkat. Sehabis Misa Romo biasanya tidak langsung pulang melainkan berbincang-bincang dengan umat. Lalu Romo juga menyempatkan diri untuk mengunjungi salah seorang umat yang sedang sakit atau bermasalah, atau sedang punya hajatan. Tak heran kalau hubungan Romo dengan umatnya begitu dekat, ibarat hubungan Bapak dengan anaknya. Pada suatu saat Romo T. Widyana, SJ mengunjungi salah seorang umat yang sakit, orang itu bernama Robertus Paino Krama Taruna yang tinggal tak jauh dari kali (sungai) Mojing. Saat melintasi sungai Mojing itu Romo sangat terkesan, sebab air sungai itu sangat bersih dan jernih. Maka timbullah gagasan dalam diri Romo T. Widyana, SJ untuk membuat tempat ziarah di lokasi dekat sungai Mojing itu. Gagasan itu disampaikannya kepada Bapak Markus Karso Utomo yang menjadi katekis saat itu. Dan Bapak Markus Karso Utomo pun setuju. Lalu gagasan Romo itupun disampaikan kepada umat di wilayah Ngijorejo maupun umat Katolik di sekitarnya. Mereka pun setali tiga uang, semuanya setuju dengan gagasan Romo T. Widyana, SJ.

Langkah Awal
Setelah umat dan Romo sepakat untuk membuat tempat ziarah, langkah selanjutnya Bapak Karso Utomo menemui pemilik tanah di dekat sungai Mojing itu. Ia memohon kesediaan pemilik tanah itu untuk merelakan tanahnya digunakan sebagai tempat ziarah. Beliaupun tidak keberatan, maka rencana pembuatan tempat ziarahpun bisa segera diwujudkan.
Umatpun giat bergotong royong mencari batu untuk membuat gua agar patung Bunda Maria dapat ditempatkan didalamnya. Pembuatan gua sendiri diprakarsai oleh Bapak Herman Yoseph Suwandi yang sehari-harinya bekerja di Departemen Pekerjaan Umum, Wonosari, Yogyakarta.


Partisipasi Umat Luar Biasa
Kebutuhan pasir, kapur, semen dan lain-lain untuk pembangunan gua diperoleh dari iuran yang dihimpun oleh dan dari umat setempat dibantu oleh umat Paroki Wonosari. Umat secara bergiliran bekerja bakti membantu para tukang yang mengerjakan pembuatan gua itu. Gua Maria itu dibuat sederhana, tidak terlalu besar dan menghadap ke timur tepat dibawah pohon munggur (trembesi). Gua Maria terletak tak jauh dari sungai Mojing, secara filosofis makna sungai Mojing dan Gua Maria sama, yaitu sebagai sumber kehidupan. Bedanya sungai Mojing merupakan sumber kehidupan jasmani, sedangkan Gua Maria menjadi sumber kehidupan rohani bagi umat Katolik.

Gua Maria Sendang Rosario

Sepulang dari tugas di Roma, tepatnya pada hari peringatan Bunda Maria menampakkan diri di Lourdes, tanggal 11 Pebruari 1962 Romo T. Widyana, SJ memberkati sungai Mojing dengan air suci yang dibawa dari Lourdes. Pada saat itu pula sungai Mojing itu diubah fungsinya dan bersama dengan Gua Maria menjadi tempat ziarah Gua Maria Sendang Rosario. Sejak saat itu pula khususnya setiap bulan Mei dan Oktober Gua Maria Sendang Rosario banyak dikunjungi umat yang berziarah berdoa rosario.

GUA MARIA SENDANG RATU KENYO

GUA MARIA SENDANG RATU KENYO, WONOGIRI
                                        
Gua Maria Sendang Ratu Kenyo Wonogiri terletak di Paroki Santo Ignasius Danan, Giriwoyo, Surakarta, Jawa Tengah. Masyarakat setempat mengenal tempat ini sebagai Sendang Growong (Gua yang memiliki ruangan besar di sebelah dalamnya). Sebelum di jadikan tempat Ziarah Bunda Maria, Gua ini di kenal angker, karena di yakini sebagai tempat tinggal “ Setan Besil “. Setan itu berhasil di usir berkat doa Novena Sembilan Hari yang di lakukan oleh umat Katolik setempat yang di pimpin oleh Petrus Suhirman, seorang katekis yang tinggal di Dusun Ngampohan. Doa Rosario Sembilan Hari itu melibatkan 12 warga lain yang sudah menjadi Katolik dan calon baptis. Yang sudah di baptis menjadi Katolik adalah Petrus Suhirman, A.Y. Suratman, Y.B. Suwardi. Sisanya adalah calon baptis (Saijo, Saijan, Jaino, Maino, Sayem, Marsinah, Minem, Soni dan Sanem). Mereka berdoa selama sembilan hari berturut-turut pada jam yang sama dan dengan cara yang sama pula. Selama berdoa mereka mengenakan rosario, gambar Bunda Maria dan obor berbentuk Salib dengan lima buah sumbu yang menyala. Obor itu melambangkan penderitaan Tuhan Yesus di Kayu Salib. Gambar Bunda Maria di lukis oleh H. Sutarno pada selembar kertas padalarang.
Doa Rosario Sembilan Hari itu di mulai tanggal 22 April 1957 di rumah Petrus Suhirman di Dusun Ngampohan pada pukul 19.00 wib. Mereka berarak menuju Dhanyangan Growong dengan urutan sebagai berikut : gambar Bunda Maria, obor, para calon baptis, umat yang telah di baptis dan Petrus Suhirman sebagai pemimpin. Setibanya di Gua, mereka memanjatkan doa dengan ujud mengusir makluk halus. Para peserta juga di berikan kesempatan untuk menyampaikan doa spontan. Seusai doa, mereka kembali berarak sambil berdoa Rosario menuju kediaman Petrus Suhirman. Acara doa berakhir sekitar pukul 21.00 wib. Sejak hari pertama hingga hari keenam, tidak terjadi keanehan selama mereka berdoa. Namun pada hari ketujuh, mereka menyaksikan suatu mukjizat, ketika mereka sedang berdoa, tiba-tiba muncul bola api sebesar periuk dari dalam sebatang pohon unut yang bergerak cepat meninggalkan Dhanyangan Growong menuju kearah selatan dan barat. Seketika itu juga terdengar suara jerit tangis dan rintihan misterius berkali-kali “ aduh panase, ayo lunga “ (aduh panasnya, ayo pergi). Sejak peristiwa itu Gua tersebut menjadi tenang dan damai. Kemudian namanya di ganti menjadi Sendang Ratu Kenyo sesuai usulan Petrus Suhirman. Sendang merupakan bahasa Jawa yang berarti sumber air, yang melambangkan sumber kehidupan dan sumber rahmat Tuhan yang selalu mengalir. Rahmat Tuhan itu akan selalu di alirkan dan di salurkan oleh Ratu Kenyo (Ratu Perawan), yakni Bunda Maria. Dalam suatu perayaan Ekaristi di Gereja Stasi Danan pada bulan Juli 1957, Pastor Paroki Purbayan Surakarta Romo Purwodiharjo menyerahkan Patung mungil Bunda Maria yang terbuat dari batu untuk di tahtakan di dalam Gua Sendang Ratu Kenyo. Ukuran Gua alam itu tergolong kecil dengan ketinggian sekitar satu meter dan lebar kurang dari satu meter. Sejak saat itu, Gua Maria Sendang Ratu Kenyo menjadi tempat ziarah bagi umat setempat, terutama pada bulan Mei dan Oktober. Pada tahun 1958, Gua ini di renovasi karena di nilai terlalu sempit untuk Patung Bunda Maria. Sebagai gantinya, dibikin Gua baru yang juga berukuran kecil. Namun umat tidak pernah puas dengan ukuran dan berbentuk Gua itu. Sebab itu pada tahun 1960, Gua itu di bongkar dan di ganti dengan Gua baru yang lebih besar dan indah. Pembangunan Gua baru ini melibatkan satu panitia khusus yang di pimpin oleh Ig. Suratno dan di dampingi oleh Y. Suwarno, H. Sutarmo, Ratno Siswoyo,      Ig. Noto Rahardjo dan Ag. Siswo Admojo. Sementara itu Y. Suwarno membuat patung Bunda Maria dari batu yang di pahat setinggi satu meter. Namun seiring dengan perjalanan waktu, Gua ini kurang terawat dan tertimbun oleh erosi tanah. Kondisinya kembali membaik setelah Romo J. Stormmesand, SJ menjabat sebagai Pastor Paroki Santo Yusuf Baturetno sejak tahun 1980 – 1984. Ia mengajak umat berziarah ke Gua itu terutama pada bulan Mei dan Oktober. Pastor ini juga mentradisikan perayaan Ekaristi pada pembukaan dan penutupan Bulan Maria dan Bulan Rosario. Tidak hanya itu, Romo ini juga berinisiatif untuk merenovasi penampilan Gua itu dan memperluas lokasinya. Dia juga menugaskan             M. Haryanto untuk membuat patung Yesus yang tersalib seukuran orang dewasa dari semen. Patung kemudian di tempatkan di lereng bukit, tepatnya di sebelah timur Gua Maria.
Namun, rupanya para peziarah yang berkunjung ke Gua Maria Sendang Ratu Kenyo belum juga puas dengan renovasi itu. Pada bulan April 1996, Kelompok Pelayanan Kasih Hati Ibu yang Bahagia yang berpusat di Cimahi, melakukan aksi sosial di Desa Bopto, Baturetno dan mereka berkunjung ke Gua Maria Sendang Ratu Kenyo ini. Pada tanggal 27 April 1996, dalam doa bersama yang dihadiri sekitar 1.500 umat, Pemimpin Kelompok Doa tersebut Ibu Agnes Suwarno, konon mendapat pesan istimewa dari Bunda Maria : “ Aku perintahkan kepadamu anak-anakku dari Kelompok Pelayanan Kasih Hati Ibu yang Bahagia untuk bekerja sama dengan Imammu memperindah tempat doa yang aku berikan ini “.

Pemugaran Gua ini rampung pada September 1997, tinggi bangunan Gua 8 meter, panjang 30 meter, tinggi mulut Gua kira-kira 3 meter dan lebarnya 2 meter. Patung Bunda Maria seukuran orang dewasa di letakkan di dalam Gua. Luas lokasi ziarah ini sekarang mencapai 15.000 m2. Gua Maria Sendang Ratu Kenyo yang baru ini di resmikan pada tanggal           30 September 1997 oleh Mgr Isaac Dura selaku pembimbing rohani Kelompok Pelayanan Kasih Hati Ibu Yang Bahagia, Gua ini di lengkapi dengan Kapel, Stasi-Stasi Jalan Salib, tempat penampungan para peziarah dan sumur air.

GUA MARIA TRITIS

GUA MARIA TRITIS, WONOSARI

Gua Maria Tritis Wonosari merupakan Gua Alam yang memiliki stalaktit dan stalakmit nan menawan. (Tritis merupakan salah satu kata dalam bahasa Jawa yang berarti tetesan air ; dan air itu menetes dari stalaktit. Air itu kemudian ditampung untuk digunakan sebagai obat), letaknya yang jauh dari perkampungan penduduk membuat Gua ini terkesan “ angker “ dan  “ sunyi “. Gua tersebut berada di pantai selatan Jawa, dekat Samudera India. Kondisi Gua masih sangat alamiah.
Penemuan Gua ini bermula dari permintaan Romo Al Hardjasudarma, SJ ; Pastor Paroki St Petrus Kanisus Wonosari, kepada beberapa anak sekolah di SDK Sanjaya Giring (Stasi Singkil), sekitar 3 km sebelah Gua Maria Tritis untuk membuat Gua tiruan menjelang Misa Natal pada tanggal 25 Desember 1975. Kemudian salah seorang dari anak-anak itu memberitahu pastor itu tentang Gua alam yang indah yang terletak tidak jauh dari rumahnya. Inilah permulaan dari pembangunan Gua Maria Tritis, Wonosari. Suasana di sekitar Gua Maria Tritis sangat hening. Keheningan itu sangat terasa pada saat melakukan prosesi jalan salib karena menelusuri jalan-jalan sunyi dan lengang. Stasi-stasi berada diantara semak-semak, dulu lokasi ini dinilai angker oleh penduduk setempat sehingga jarang dilewati. Lokasi jalan salib terletak di Dusun Bulu, Desa Giring, Kecamatan Paliyan. Pada musim kemarau daerah ini tampak kering kerontang, namun menjadi sangat rimbun dan teduh pada musim hujan.
Sejak pembangunan Gua Maria Tritis, tempat ini ramai dikunjungi umat, apalagi selama bulan Mei dan Oktober. Para peziarah umumnya tiba pada saat yang bersamaan waktunya, sekitar pukul 09.00 di terminal Wonosari dan tiba di Gua sekitar pukul 11.00. Kemudian mereka meninggalkan Gua sekitar pukul 13.00 dan langsung menuju tempat rekreasi pantai selatan seperti Pantai Baron, Kukup, Krakal, Sundak dan lain-lain. Gereja Paroki Wonosari menyediakan pelayanan perayaan Ekaristi bagi para peziarah.

GUNUNG GROWONG ITU MENJADI GUA MARIA TRITIS
Pada tahun 1975 Romo Hardjosudarmo, SJ bertugas di Paroki Wonosari, beliau juga membina para murid SD Sanjaya di Dusun Pengos, Kelurahan Giring, Kecamatan Paliyan. Pada tanggal 25 Desember 1975 itu beliau bersama para murid SD Sanjaya merayakan Misa Natal di Gedung SD Sanjaya karena waktu itu di lingkungan SD Sanjaya belum mempunyai Kapel. Setiap akan diadakan Misa Natal Romo membuat “ Gua “ dari kertas, melihat hal itu ada seorang murid berkata kepada Romo : “ Romo tidak usah membuat Gua dari kertas karena di tempat saya ada Gua asli “. Lalu Romo pun bertanya, “ Gua asli bagaimana ? “. Murid itu hanya menjawab, “ Gunung itu growong artinya berlobang besar “.
Maka pada suatu hari Romo dihantar oleh muridnya itu ke gunung growong itu. Sampai di dalam Gua, Romo kagum dengan keindahan alam yang baru pertama kali di jumpainya, sehingga Romo berniat menjadikan Gua tersebut sebagai tempat berdoa bagi umat Katolik.
Tak lama setelah peristiwa itu Romo menemui Bapak R. Radio Sutirto, Kepala Desa Giring. Tujuannya adalah untuk meminta izin agar Gua Tritis itu boleh di pergunakan untuk berdoa bagi umat Katolik. “ Pak, bagaimana kalau Gua Tritis itu saya jadikan tempat sembayang bagi umat Katolik ? “. Apakah di perkenankan atau tidak ? “. Tanpa menunggu keesokan harinya Bapak Kepala Desa itu menyetujui permintaan Romo Hardjosudarmo, SJ itu.
Berkat dukungan dan kerjasama masyarakat Dusun Bulu jalan menuju ke Gua dalam waktu kurang lebih dari satu bulan sudah dapat di lewati walaupun waktu itu keadaannya belumlah sempurna seperti sekarang. Dan padat tahun 1979 Gua Maria Tritis di resmikan oleh Romo Lamers, SJ dengan memasang Patung Bunda Maria. Sejak saat itu tempat itu di namai Gua Maria Tritis.

Gua nya Alami dan sangat BESAR






CANDI HATI KUDUS YESUS

CANDI HATI KUDUS YESUS, GANJURAN




Gereja Hati Kudus Yesus Ganjuran terletak 17 km dari Yogyakarta ke arah selatan. Umatnya berjumlah sekitar 7.000 orang, tersebar di 27 wilayah, sebagian besar adalah kaum petani, selebihnya adalah guru, pedagang, dan buruh. Kompleks gereja dibangun di atas tanah seluas kurang lebih 2,5 hektar, terdiri atas gereja induk, pastoran dan ruang pertemuan, bangunan candi dan pelatarannya, halaman pakir dan makam.
Gereja Hati Kudus Yesus Ganjuran didirikan oleh Schumutzers pada tanggal 16 April 1924. Gereja ini dibangun sebagai ucapan syukur atas berkat melimpah yang diterima oleh keluarga Schumutzer dan seluruh karyawan Pabrik Gula Gondong Lipuro di Ganjuran. Berkat itu berupa terlepasnya pabrik dari krisis berkepanjangan, keuntungan melimpah, dan kemakmuran para karyawannya serta masyarakat di sekitarnya. Selain kedua bangunan itu, dibangun juga 12 sekolah rakyat, simbol 12 rasul yang diutus Tuhan Yesus. Sebagian dari sekolah tersebut masih aktif hingga saat ini, dan di kelola oleh Yayasan Kanisius.
Schumutzer bercita-cita membuat masyarakat Ganjuran dan sekitarnya makmur dengan mendirikan sekolah, rumah sakit dan menjadikan buruh sebagai mitra kerja. Semuanya itu dilaksanakan dengan menimba semangat Hati Kudus Yesus.  Spiritualitas itulah yang diwarisi Gereja Ganjuran.
Hingga saat ini setiap tahun di gereja ini diselenggarakan Misa Syukur Agung yang disebut Proses atau Kirab Agung Sakramen Maha Kudus yang menjadi puncak kehidupan spiritual umat Katholik Ganjuran. Upacara ini dihadiri umat dari berbagai daerah.

CORAK JAWA HINDU
Sejak didirikan gereja Ganjuran mengembangkan spiritualitas Hati Kudus Yesus dan tradisi Jawa dengan tetap mengikuti nilai-nilai budaya yang semakin berkembang.
Arsitekturnya diadopsi dari corak Jawa Hindu, termasuk tata cara merayakan liturgi. Patung Hati Kudus Yesus dan Kristus Raja ditempatkan di atas tahta di dalam candi yang menjadi simbol perdamaian dan keadilan Allah di bumi ini. Di Gereja ini khotbah di lakukan dalam bahasa Jawa dan para petugas gereja mengenakan pakaian tradisional Jawa.

Ada beberapa upacara ritual yang memiliki makna simbolis di Gereja Hati Kudus Yesus di Ganjuran ini, yaitu :
-      Candi-candi merupakan bangunan monumental yang tidak pernah lekang oleh perjalanan waktu. Candi menjadi monumen Hati Kudus Yesus yang melimpahkan berkat, menjaga dan mengutus umatnya hingga akhir zaman. Dalam bangunan candi yang menjadi simbol keabadian ini, di tahtakan arca Kristus Raja dalam busana kebesaran Raja Jawa, dengan tanganNya menunjuk Hati Kudus Yesus yang menyala.
-      Air Candi Ganjuran (Tirta Perwitasari) terletak persis di bawah Candi Hati Kudus Yesus. Mata air ini ditemukan ketika Gereja  Ganjuran sedang kesulitan untuk mendapatkan sumber air yang baik. Keberadaan air itu dihayati sebagai wujud nyata dari kebesaran Hati Kudus Yesus.

-      Gunungan, dalam ritus ini umat mempersembahkan sebagian dari hasil bumi yang terbaik kepada Hati Kudus Yesus, kemudian, bahan-bahan persembahan itu dibagikan kepada sesama yang miskin dan lapar selaras dengan semangat Hati Kudus Yesus.






GUA MARIA GUNUNG SEMPUH

SALIB SUCI GUNUNG SEMPU, YOGYAKARTA


Salib Suci Gunung Sempu berada di komplek Gereja Paroki Hati Kudus Yesus Pugeran Bantul, Yogyakarta. Letaknya sekitar 3 kilometer dari halaman depan gereja tersebut. Salib tersebut berada di sebuah bangunan berbentuk joglo dengan pendopo terbuka tanpa pagar pembatas. Gedung ini diberkati oleh Uskup Agung Semarang Julius Darmaatmadja SJ pada tanggal 20 Mei 1990. Di bawah Salib itu terdapat patung Pieta (Bunda Berduka Cita).
Sebelum masuk ke tempat doa Salib Suci dan Gereja, peziarah di hadang sumur Yakob. Sumur tersebut berbentuk oval dengan kedalaman 33 meter. Sumur itu sengaja digali di tempat itu agar umat mengambil sendiri air itu agar digunakan untuk membersihkan diri sebelum menghadap hadirat Tuhan.  Tetapi sebelum membersihkan diri dengan air sumur Yakob itu, peziarah diajak untuk membangun sikap tobat dengan mengikuti prosesi jalan Salib.  Setelah menyelami makna penderitaan Kristus melalui renungan jalan Salib, peziarah bersembah sujud di kaki Salib Suci.  Di tempat ini, ujub-ujub doa yang di tulis pada potongan-potongan kertas di bakar pada sebuah tungku api yang telah tersedia.

Sesuai kegiatan doa di gedung Salib Suci, peziarah berarak menuju sumur Yakob sambil menikmati keindahan Kota Yogyakarta dari kejauhan. Mereka bisa membawa pulang air sumur Yakob sebagai pengikat janji tobat. Karena keelokan dan keheningannya, tempat ziarah Salib Suci Gunung Sempu disebut juga sebagai Bukit Golgota nya Yogyakarta. Ziarah Salib Suci Gunung Sempu merupakan satu-satunya di Indonesia.

di Bumi Hanya ada satu Wanita yang terpuji 

Senin, 25 Agustus 2014

GUA MARIA AIR SANIH

GOA MARIA AIR SANIH (GOMAS)
          Wisata rohani dapat menjadi salah satu alternatif mengisi libur panjang anak sekolah. Sebuah lokasi wisata rohani di Singaraja Bali adalah Gua Maria Air Sanih.Gua Maria ini ada di utara Pulau Dewata yang berjarak sekitar 130 kilometer atau 2,5 jam dari kota Denpasar. Gua berdiri di atas lahan seluas tiga hektar.
Sejarah atau riwayat pembangunan Gua Maria Air Sanih bermula dari gagasan Romo Willy M. Batuah, CDD. Hampir setiap tahun Romo Willy dan anak-anak asrama Kolese Santo Yusup Malang mengadakan rekreasi.
Dari banyak tempat yang dikunjungi Romo Willy, beliau menilai hanya Air Sanih lah yang memiliki keistimewaan dan daya tarik baginya, sampai muncul impian untuk mempunyai karya di Air Sanih. Meskipun impian ini dia pendam sendiri rapat-rapat.
          Pada pertengahan tahun 1991, Romo Willy mulai mewujudkan untuk berkarya di Air Sanih dengan membeli sebidang tanah seluas 3 hektar,yang letaknya sekitar 1,7 kilometer dari obyek wisata Pemandian Air Sanih.
Pemandian Air Sanih terbilang unik karena merupakan sumber air tawar di tepi pantai dengan debit yang besar.
Limpahan airnya membentuk sungai kecil yang langsung mengalir ke laut. Air Sanih berarti air bening.
          Pembangunan pun berjalan lambat karena Romo Willy ingin berkenalan terlebih dahulu dengan masyarakat dan budaya sekitar. Setelah masyarakat kenal dan mengetahui secara benar maksud dan tujuan Romo Willy, barulah irama pembangunan Gua Maria ditingkatkan.
Sehubungan wilayah tersebut adalah wilayah Air Sanih dan arti kata Air Sanih cukup baik, maka Gua Maria ini disebut Gua Maria Air Sanih.
Dalam perjalanan timbul pemikiran untuk membangun Gua Maria, jalan salib, lokasi camping, kegiatan di alam terbuka dan menghijaukannya dengan tanaman-tanaman keras dan lunak, sehingga bisa dijadikan tempat ziarah dan rekreasi (ziarek).
          Akhirnya pada tanggal 23 Oktober 2005 Gua Maria Air Sanih diberkati oleh Mgr. DR. Benyamin Yosef Bria, Pr, yang sebelumnya Romo Yandhie B. Gunawan, CDD sumber air Gua Maria Air Sanih.

Suasana di sekitar Gua Maria sangat sejuk karena terdapat hamparan hutan buatan. Dalam suasana yang tenang para pelancong bisa menapaki jalan salib memperingati kisah sengsara Yesus Kristus melalui jalan setapak di kebun buah-buahan langka. 





Jumat, 22 Agustus 2014

DUPLIKAT PATUNG TUAN MA LARANTUKA

500 TAHUN, PATUNG TUAN MA DI LARANTUKA DIBUATKAN DUPLIKAT

          Tuan Ma sebutan orang Larantuka untuk Patung Bunda Maria di Pantekebis Larantuka, Kabupaten Flores Timur, telah berumur 500 tahun, yang ditandai dengan perayaan pada Oktober 2011 lalu.
Kini patung yang sudah mulai rapuh ini telah dibuatkan duplikat.
Menurut Don Tinus DVG, yang merupakan keluarga kerajaan Larantuka, patung Tuan Ma (Mater Dolorosa) yang asli usianya sudah sangat tua yakni 500 tahun, maka dibuatkan duplikatnya.
“Usia patung sudah sangat tua dan rapuh, maka harus dibuat duplikat untuk menjaga hal-hal yang tidak diinginkan pada saat Prosesi Jumat Agung yang akan datang, serta menjaga kelestarian devosi umat Larantuka terhadap Bunda Maria.”  Ungkapnya. 
          Sebagai bagian dari devosi kepada Bunda Maria, patung Tuan Ma telah mempunyai riwayat dan peranan yang melekat erat dengan sejarah kehidupan umat di Larantuka. Tuan Ma juga telah menjadi ikon untuk kota Larantuka, sebagai tokoh yang penuh misteri.
Sebagai bagian dari devosi iman umat dan budaya masyarakat setempat, setiap tahun pada saat perayaan Jumat Agung, patung ini diarak dalam prosesi.
Prosesi Jumat Agung Larantuka yang tergolong unik ini, tidak saja menjadi tradisi umat Katolik setempat, tapi juga telah menjadi perhatian umat peziarah dari luar Larantuka.
          Dengan adanya duplikat patung Tuan Ma, pada prosesi Jumat Agung, 6 April 2012 di Larantuka, patung ini yang akan digunakan. Sedang patung asli Tuan Ma akan tetap ditahtakan di Kapela Tuan Ma.
Patung duplikat Tuan Ma merupakan hasil karya dari seniman patung Larantuka, Emil Diaz yang juga merupakan kerabat dekat dari keluarga kerajaan Larantuka.
Patung yang dibuatnya sangat mirip dengan patung Tuan Ma yang asli.

Inisiatif pembuatan duplikat patung Tuan Ma datang dari pihak Keuskupan Larantuka, setelah mendapat persetujuan dan restu dari berbagai pihak, terutama pihak Kerajaan Larantuka dan umat Katolik di Larantuka. 

Drama kolosal Tuan Ma oleh mudika perayaan Paskah 17 April 2014

Kapel Tuan Ma sebelum Masuk kita harus Antri

Berjalan pakai lutut kurang lebih 12 meter sebelum bersimpuh


TAMAN REPLIKA KOTA BETHLEHEM

TAMAN REPLIKA KOTA BETHLEHEM 

         Replika kota Bethlehem yang berada di Kecamatan Nelle, Kabupaten Sikka, berjarak ± 20 kilometer dari kota Maumere ke arah selatan.
Berada di ketinggian tebing di kelurahan Nelle Wutung, Replika kota Bethlehem menjadi tempat yang mengagumkan, buat memandang kota Maumere dan gugusan pulau-pulau di teluk Maumere.
Romo Wilfried Alliance, Pr, Pastor Paroki Nelle yang ditemui floresbangkit.com di lokasi Taman (21/12/2013) menjelaskan, pembangunan replika kota Bethlehem ini dilakukan 2 tahun lalu selepas umat Paroki mengunjungi Gua Maria di Iligai.
Kami sosialisasikan ke umat dan mendapat tanggapan positif.
Sejak dua tahun lalu kami mulai lakukan pembangunan dengan dana swadaya dari umat Paroki Nelle dan sumbangan dari beberapa donatur.” tuturnya.
Setiap kepala keluarga di Paroki Nelle, sebut Romo Wilfried, menyumpang 100 (seratus) ribu rupiah. Pegawai Negeri Sipil (PNS) golongan 1 dan 2 menyumbang 300 (tiga ratus) ribu rupiah, serta golongan 3 dan 4 menyumbang 500 (lima ratus) ribu rupiah.
Dana yang terkumpul sekitar 500 (lima ratus) juta rupiah. “Dana ini yang kita pakai untuk mulai melakukan pembangunan.” katanya.
          Pekerjaan pembangunan dilakukan oleh warga sendiri secara bergotong royong. Awalnya setiap minggu sekali, terus setiap sebulan sekali dan sekarang setiap tiga bulan sekali warga bekerja merapikan taman.
“Konsepnya pemberdayaan umat. Ini yang membuat waktu pengerjaan bisa berlangsung 5 sampai 6 tahun baru selesai.” ujar Romo Winfried.
Dalam perencanaannya, dikatakan Romo Winfried, Replika Kota Bethlehem akan menjadi tempat wisata rohani, agrowisata dan wisata petualangan.
Selain umat Paroki Nelle, aparat Kodim 1603 Sikka, karyawan Credit Union dan Mahasiswa dari Universitas Nusa Nipa (Unipa) Maumere juga pernah membantu pengerjaannya. Pemerintah juga membantu jalan semen sepanjang 1500 meter dengan dana 800 (delapan ratus) juta rupiah, namun struktrur jalan semen tersebut terlihat kualitasnya kurang dan masih tersisa 200 meter lagi yang tidak dilanjutkan pengerjaannya.
Seharusnya dananya dikasihkan ke masyarakat saja biar mereka bisa membangunnya secara swadaya. Sumbang uang saja mereka mau, apalagi ini cuma sumbang tenaga dan bergotong royong bekerja.” paparnya.   
          Areal jalan menuju Taman terdapat empat buah patung setinggi 4,8 meter dan bila ditambah dudukannya tinggi keseluruhan patung ± 5,5 meter.
Ada patung Yohanes Pembaptis, Maria menerima kabar gembira dari Malaikat Gabriel, Maria mengunjungi Elizabeth dan patung berita malaikat kepada gembala.
Di dalam areal Taman terdapat 3 patung Tiga Raja, patung gembala dan patung taman kelahiran dengan 4 ekor domba di sekitarnya.
Selain itu Altar untuk menggelar ekaristi berada di ketinggian ± 5 meter dan di kedua sisinya diapit 2 menara setinggi 15 meter, di mana menara kanan merupakan replika candi Bethlehem. Taman seluas 1300 meter persegi ini pembangunan patungnya dikerjakan oleh Yohanes Rahmat, seorang pembuat patung dari Jawa yang juga mengerjakan patung Bunda Maria di Gereja Katedral Ende.
Di setiap patung juga dibangung Gereja replika. Ada lima buah gereja replika dan juga akan dibangun aula, wc dan juga kamar mandi, serta kios rohani.
Tanggal 25 Desember di hari Natal, jam 08.00 wita, akan diadakan perayaan ekaristi di areal taman ini, dipimpin Uskup Maumere Mgr. Gerulfus Kherubiem Parera, SVD dan dihadiri Bupati Sikka Drs. Yoseph Ansar Rera, Wakil Bupati Drs. Paolus Nong Susar dan100 pejabat lainnya yang diundang.
“Kami tidak mengundang banyak umat dan memberitahukannya karena belum tersedianya areal parkir kendaraan. Kalau ada yang mendengar dan ingin menghadiri tentunya kami tidak bisa melarangnya.” pungkas Romo Winfried penuh semangat.

TAMAN REPLIKA KOTA BETHLEHEM di Maumere agar mengangkat wisata rohani pada masa Natal di Flores Timur dan Larantuka wisata rohani pada masa Paskah

Ibu Vero Umat Lombok

ibu Alang Firmanto umat Sampit















Jenasah PASTOR GABRIEL MANEK, SVD Masih Utuh

PASTOR GABRIEL MANEK, SVD

Gabriel Manek lahir pada tanggal 18 Agustus 1913 di Ailomea, Lahurus, Belu, Timor. Ia anak laki-laki bungsu dari pasangan Yohanes Leki dan Sioe Keo Moy. Dipermandikan satu hari setelah kelahirannya yaitu pada tanggal 19 Agustus 1913 dengan nama Gabriel Yohanes Wilhelmus Manek, oleh Pastor Arnoldus Verstraelen, SVD. Ketika itu ayahnya berada di Tiongkok, dan tak lama kemudian ibunya yang berdarah campuran Tionghoa itu meninggal dunia.Ia kemudian diadopsi sebagai anak angkat oleh Maria Belak, istri Raja Don Kaitanus da Costa, Raja Kerajaan Tasifero, Belu Utara.
Pada tahun 1920 ia masuk sekolah SD di Halilulik Standart School di Ndona. Kemudian masuk Seminari di Sikka pada tahun 1927.Pada tanggal 16 Oktober 1932 ia masuk Novisiat SVD dan sejak 17 Januari 1937 kuliah di Seminari Tinggi Ledalero dan lulus sebagai angkatan pertama. Kemudian ia ditahbiskan sebagai Imam oleh Mgr. Hendrikus Leven, pada bulan Maret tepatnya pada saat ia berumur 38 tahun.
Paus Pius XII mengangkatnya menjadi Uskup pada tanggal 25 April 1951.Mgr. Gabriel Manek merupakan Pastor pribumi pertama di Nusa Tenggara Timur, bersama (Alm) Pastor Karolus Kale Bale, SVD. Ia juga pernah menjadi anggota parlemen Negara Indonesia Timur, dan juga memangku jabatan Uskup pertama di Larantuka, Flores Timur dan Uskup Agung Ende. Mgr. Gabriel Manek adalah pendiri Tarekat Suster-suster PRR yang kini biara pusatnya berada di Lebao Larantuka.
Ia meninggalkan Ende, Flores pada tahun 1968 ke Amerika Serikat dan langsung ke San Francisco untuk menjalani perawatan. Setelah kesehatannya mulai membaik, ia melayani di Saint Francis Xavier Catholic Japanese Mission dan juga komunitas kaum Negro di Gereja St. Patrick, Ouckland.Mgr. Gabriel Manek meninggal dunia pada tanggal 30 November 1989 dan dimakamkan di Lakewood, Colorado, Amerika Serikat.

Pada bulan April 2007, jenazahnya digali kembali dan dipulangkan ke Indonesia, dan hingga kini
disemayamkan dalam Kapela Induk di Biara Pusat Tarekat PRR di Larantuka.Yang mencengangkan adalah ketika digali kembali, jenazahnya dalam keadaan utuh sama seperti semula.


Jasad Utuh selama 17 Thn

Jenasah ada di Ruang kaca Dalam Kapel Biara PRR

Foto bersama suster Pertama Murid Mgr. Gabriel 



GEREJA PALASARI

GEREJA PALASARI BALI

Salah satu Gereja di Bali yang sekaligus menjadi obyek wisata adalah Gereja yang ada di
Dusun Palasari, Desa Ekasari, Kecamatan Melaya, Negara. Nama Gereja ini Gereja Paroki Hati Kudus Yesus dan karena tempatnya di Palasari, Gereja ini dikenal dengan nama Gereja Palasari.
Awalnya keberadaan Gereja sejak tahun 1940, yang saat itu Peter Simon Buis, SVD dan beberapa
orang dari Gumrih dan Tuka membuka lahan Pala, sehingga diberi nama Palasari. Desa yang
dibangun di sini adalah desa dengan budaya Bali dengan keyakinan Katolik.Kemudian di tahun 1955 dibangun Gereja di sebuah bukit yang sudah diratakan yang diberi nama Gereja Palasari, diresmikan oleh Pastor Simon Bois yang sekaligus mengenalkan Arsitektur Gereja memadukan gothik dengan ornamen Bali, kelihatan begitu seni dan harmonis.Selain tempat yang sejuk, nyaman dan asri, rumah-rumah tertata rapi tapi dengan umur Gereja yang sudah puluhan tahun, tetap kelihatan seperti modern, sehingga menjadikan kawasan ini obyek wisata yang sering dikunjungi oleh wisatawan lokal, domestik maupun asing.
Jika perjalanan tour Anda ke daerah Bali Barat atau mengendarai kendaraan dari Bali keJawa, Anda bisa singgah ke Palasari.Gereja Palasari sekitar 20 km menuju ke arah barat kota Negara.
Memasuki areal Gereja tenang dan hening, terdapat juga hutan dan sawah di pinggir jalan, sehingga nuansa alam yang asri akan Anda rasakan. Menikmati wisata rohani di Bali Barat dengan pemandangan alam yang masih asri, membuat aura spiritual akan muncul semakin kuat.





Gereja Tuka GEREJA TUA di Bali

PAROKI TRITUNGGAL MAHAKUDUS TUKA BALI


Masa awal keKatolikan di Tuka adalah masa awal dari keKatolikan di Bali
Maka Gereja Tuka sering juga disebut GEREJA TUA di Bali
Tuka berasal dari bahasa Bali yakni tuuk yang berarti melabrak/menembus, jadi tuuka berarti ditembus.
Pekerjaan orang yang membuka hutan atau wilayah baru disebut nuka, secara etimologi Tuka berarti merintis atau berjuang untuk mengusahakan sesuatu untuk hidup yang baru.
Tuka adalah desa pertama di Bali yang membuka diri terhadap ajaran Katolik. Pada saat 5 Juni 1936 oleh I Made Bronong dan  I Wayan Diblog. Dua orang asli ini yang terpanggil dalam pangkuan Yesus.
Secara perlahan lahan akhirnya Iman Katolik umbuh di Bali. Betapapun mereka telah mengimani Katolik, tetapi mereka hidup dalam kebudayan mereka sebagai orang Bali tulen.

BUNGA RAMPAI
Masa Pra Katolik:
7 Juli 1601: Bali membuka diri terhadap terhadap pengaruh Eropa. Raja Dewa Agung Dalem Bekung mengeluarkan surat yang mengizinkan orang Eropa datang dan berdagang di Bali.
Pada tahun 1635 Raja Dewa Agung Dalem Dimade mengirim surat dalam bentuk lontar kepada Portugis di Malaka mengenai perdagangan dan undangan kepada para misionaris untuk datang ke Bali.
Berikut adalah petikan isi Lontar Purana (Gedong Kirtya – Dokumen No. 827) tersebut:
“Saya akan senang sekali, jika mulai sekarang kita bersahabat dan orang datang ke pelabuhan ini untuk berdagang. Saya pun akan sekali jika imam-imam datang ke sini agar siapa saja yang menghendaki dapat memeluk agama Kristen”. (Sejarah Gereja Katolik Indonesia: Buku Dokumentasi MAWI, Hal. 345)
            Dari isi surat itu jelas sekali bahwa Raja Bali memberi peluang bagi rakyat Bali untuk memeluk agama Kristen. Karena yang diundang adalah pedagang Portugisdan menyebut kata Imam, maka sangat mungkin yang dimaksud dengan agama Kristen adalah agama Katolik.

11 Maret 1635: Pastor Manuel De Azevedo, SJ dan Pastor Carvalho, SJ datang ke Bali

November 1890: Bali dikunjungi oleh Pastor SJ dari Jawa (kunjungan rohani untuk para pegawai pemerintah)

10 Maret 1891: Vikaris Apostolik Batavia yakni Pastor Luypen, SJ mengajukan surat permohonan kepada Gubernur Jenderal Hindia Belanda WGC. Pijnachir Hordijk untuk minta izin penempatan satu atau dua orang misionaris di Bali.

1896: Pastor Le Cocq d’Armandville yang bertugas di Irian kemudian ditugaskan ke Bali. Dia meninggal sebelum ke Bali. Kemudian datanglah Pastor Fischer (Pastor tentara) ke Klungkung dan Badung.

1898: Pastor Timmers (Pastor tentara) berada di Lombok.

6 April 1914: Mgr. P. Noyen, SVD meminta izin kepada Gubernur Jenderal di Batavia untuk membuat kunjungan keagamaan ke Bali sebanyak tiga kali setahun.

12 September 1914: Mgr. P. Noyen, SVD berkunjung ke Bali.

Desember 1914: Mgr. P. Noyen, SVD kembali ke Bali untuk mengunjungi orang Eropa dan Melayu yang berdiam di Bali.


1919-1920: Mgr. P. Noyen, SVD, Pastor De Lange, SVD, Frater S. Buis, SVD berusaha mendirikan sekolah di Bali (di Klungkung) 




Senin, 17 Maret 2014

ZIARAH ROHANI di AKHIR TAHUN 2014


WISATA ROHANI DI JOGJA
untuk akhir tahun 2014










SUSUNAN ACARA WISATA ROHANI
9 Gua Maria JOGYA + 8 Wisata

Tanggal 28 DESEMBER  2014 Jam 19.00 harus sudah Kumpul
 Tanggal 2 JANUARI 2015 perkiraan jam 21,00 Datang dari Ziarah

Tgl
Hari
Waktu WIB
Kegiatan
28 – 12-‘14
Minggu
19.00
Berangkat Ke Jateng
- Snack
29 – 12-‘14
  Senen
06.00 -08.00
10.00 – 12.00
13.00- 14.00
15.00 –
18.00
1.Gua Maria “ MOJOSONGO” SOLO
2. Gua Maria “Marginingsih” KLATEN
3. Candi Hati Kudus Yesus Ganjuran” JOGYA
4. Gua Maria “PIETA” Gunung Sempuh
HOTEL RUBA (istirahat)
30 – 12-‘14
 Selasa
08.00 -09.00
10.00 – 12.00
13.00- 14.00
15.00 –
18.00
5. Gua Maria “Kitiran Mas” Yogya
    - WISATA – 1. Kaliurang
6. Gua Maria “LawangSih”
7. Gua Maria “Jatiningsih”
    - - WISATA – 2. Malioboro
HOTEL RUBA (istirahat)
31 – 12-‘14
Rabu
08.00 -10.00
10.00 – 12.00
13.00- 14.00
18.00
- WISATA – 3. BOROBUDUR
8. Gua Maria “KEREP”
 - WISATA – 4.  Candi Gedung Songo
Rumah Retret Bandungan (istirahat)
1 Januari 2015
Kamis
08.00- 10.00
10.00 – 12.00
15.00- 17.00

18.00-
19.00
- WISATA- 5. Pasar Bandungan
                   6. Musium Kereta Api
9. Gua Maria “Sendang Pawitra Sinar Surya”
( Patung Bunda Maria di Penggal Kepalanya 2010)
- WISATA-  7. Air Terjun Grojogan Sewu
Rumah Retret Bandungan (istirahat)
2 Januari 2015
Jumat
08.00- 12.00
16.00 – 17.00
20.00 – 21.00
- WISATA-  8. Danau Sarangan
Makan Sore Bersama di NGANJUK
Tiba Surabaya


SIARAH 9 Gua Maria + Wisata Tahun 2015
Mempertebal iman melalui Ziarah Rohani Gua Maria untuk menumbuhkan motivasi spiritualitas. Selain memiliki obyek wisata budaya, Jogja juga memiliki obyek wisata rohani, khususnya bagi umat Katolik. Bagi peziarah yang ingin berziarah namun memiliki keterbatasan sarana dan waktu, kami hadir untuk membantu Anda. Beberapa lokasi ziarah di Jogja dan sekitarnya antara lain :

PAKET A  (5 Hari + Tidur di Hotel dua malam di jogya + tempat Wisata)

1.  Gua Maria Mojosono
2. 
Gua Maria Rosa Mystica
3. 
Gua Maria Getasan
4. Gua Maria Lawangsih
5. Gua Maria Jatiningsih
6. Salib Suci Gunung Sempu
7. Gua Maria Sumur Kitiran Mas
8. Candi Hati Kudus Yesus Ganjuran
9. Gua Maria Sriningsih ( memingul salib)
Selain wisata rohani, bersama kami anda juga dapat berwisata NON ROHANI. Tempat wisata utama yang dikunjungi di Jogja umumnya :

1. Kali urang
2. Candi Prambanan
3. Keraton Jogja
4. Taman Sari
5. Malioboro


PAKET B (5 Hari Tidur di Hotel semalam Jogya dan semalam di rumah retret Bandungan Ungaran + tempat Wisata)

1. Gua Maria Mojosono
2. Gua Maria Marganingsih Bayat
3. Gua Maria Pieta “Salib Suci” Gunung Sempu  
  
4. Candi Hati Kudus Yesus Ganjuran
5. 
Gua Maria Jatiningsih
6. Gua Maria Lawangsih
7. Gua Maria Kerep Ambarawa
8. Gua Maria Rosa Mystica
9. Gua Maria Getasan

Selain wisata rohani, bersama kami anda juga dapat berwisata NON ROHANI. Tempat wisata utama yang dikunjungi di Jogja + Bandungan Ungaran umumnya :

1. Malioboro
2. Candi Kedung Songo
3. Ketep Pass View Gunung Merapi