Jumat, 22 Agustus 2014

Gereja Tuka GEREJA TUA di Bali

PAROKI TRITUNGGAL MAHAKUDUS TUKA BALI


Masa awal keKatolikan di Tuka adalah masa awal dari keKatolikan di Bali
Maka Gereja Tuka sering juga disebut GEREJA TUA di Bali
Tuka berasal dari bahasa Bali yakni tuuk yang berarti melabrak/menembus, jadi tuuka berarti ditembus.
Pekerjaan orang yang membuka hutan atau wilayah baru disebut nuka, secara etimologi Tuka berarti merintis atau berjuang untuk mengusahakan sesuatu untuk hidup yang baru.
Tuka adalah desa pertama di Bali yang membuka diri terhadap ajaran Katolik. Pada saat 5 Juni 1936 oleh I Made Bronong dan  I Wayan Diblog. Dua orang asli ini yang terpanggil dalam pangkuan Yesus.
Secara perlahan lahan akhirnya Iman Katolik umbuh di Bali. Betapapun mereka telah mengimani Katolik, tetapi mereka hidup dalam kebudayan mereka sebagai orang Bali tulen.

BUNGA RAMPAI
Masa Pra Katolik:
7 Juli 1601: Bali membuka diri terhadap terhadap pengaruh Eropa. Raja Dewa Agung Dalem Bekung mengeluarkan surat yang mengizinkan orang Eropa datang dan berdagang di Bali.
Pada tahun 1635 Raja Dewa Agung Dalem Dimade mengirim surat dalam bentuk lontar kepada Portugis di Malaka mengenai perdagangan dan undangan kepada para misionaris untuk datang ke Bali.
Berikut adalah petikan isi Lontar Purana (Gedong Kirtya – Dokumen No. 827) tersebut:
“Saya akan senang sekali, jika mulai sekarang kita bersahabat dan orang datang ke pelabuhan ini untuk berdagang. Saya pun akan sekali jika imam-imam datang ke sini agar siapa saja yang menghendaki dapat memeluk agama Kristen”. (Sejarah Gereja Katolik Indonesia: Buku Dokumentasi MAWI, Hal. 345)
            Dari isi surat itu jelas sekali bahwa Raja Bali memberi peluang bagi rakyat Bali untuk memeluk agama Kristen. Karena yang diundang adalah pedagang Portugisdan menyebut kata Imam, maka sangat mungkin yang dimaksud dengan agama Kristen adalah agama Katolik.

11 Maret 1635: Pastor Manuel De Azevedo, SJ dan Pastor Carvalho, SJ datang ke Bali

November 1890: Bali dikunjungi oleh Pastor SJ dari Jawa (kunjungan rohani untuk para pegawai pemerintah)

10 Maret 1891: Vikaris Apostolik Batavia yakni Pastor Luypen, SJ mengajukan surat permohonan kepada Gubernur Jenderal Hindia Belanda WGC. Pijnachir Hordijk untuk minta izin penempatan satu atau dua orang misionaris di Bali.

1896: Pastor Le Cocq d’Armandville yang bertugas di Irian kemudian ditugaskan ke Bali. Dia meninggal sebelum ke Bali. Kemudian datanglah Pastor Fischer (Pastor tentara) ke Klungkung dan Badung.

1898: Pastor Timmers (Pastor tentara) berada di Lombok.

6 April 1914: Mgr. P. Noyen, SVD meminta izin kepada Gubernur Jenderal di Batavia untuk membuat kunjungan keagamaan ke Bali sebanyak tiga kali setahun.

12 September 1914: Mgr. P. Noyen, SVD berkunjung ke Bali.

Desember 1914: Mgr. P. Noyen, SVD kembali ke Bali untuk mengunjungi orang Eropa dan Melayu yang berdiam di Bali.


1919-1920: Mgr. P. Noyen, SVD, Pastor De Lange, SVD, Frater S. Buis, SVD berusaha mendirikan sekolah di Bali (di Klungkung) 




Tidak ada komentar:

Posting Komentar