PAROKI TRITUNGGAL MAHAKUDUS TUKA BALI
Masa awal keKatolikan di Tuka
adalah masa awal dari keKatolikan di Bali
Maka Gereja Tuka sering juga disebut GEREJA TUA di Bali
Tuka berasal dari bahasa Bali yakni tuuk yang berarti melabrak/menembus, jadi tuuka berarti ditembus.
Pekerjaan orang yang membuka hutan atau wilayah baru disebut nuka, secara etimologi Tuka berarti merintis atau berjuang untuk mengusahakan sesuatu untuk hidup yang baru.
Tuka adalah desa pertama di Bali yang membuka diri terhadap ajaran Katolik. Pada saat 5 Juni 1936 oleh I Made Bronong dan I Wayan Diblog. Dua orang asli ini yang terpanggil dalam pangkuan Yesus.
Secara perlahan lahan akhirnya Iman Katolik umbuh di Bali. Betapapun mereka telah mengimani Katolik, tetapi mereka hidup dalam kebudayan mereka sebagai orang Bali tulen.
Maka Gereja Tuka sering juga disebut GEREJA TUA di Bali
Tuka berasal dari bahasa Bali yakni tuuk yang berarti melabrak/menembus, jadi tuuka berarti ditembus.
Pekerjaan orang yang membuka hutan atau wilayah baru disebut nuka, secara etimologi Tuka berarti merintis atau berjuang untuk mengusahakan sesuatu untuk hidup yang baru.
Tuka adalah desa pertama di Bali yang membuka diri terhadap ajaran Katolik. Pada saat 5 Juni 1936 oleh I Made Bronong dan I Wayan Diblog. Dua orang asli ini yang terpanggil dalam pangkuan Yesus.
Secara perlahan lahan akhirnya Iman Katolik umbuh di Bali. Betapapun mereka telah mengimani Katolik, tetapi mereka hidup dalam kebudayan mereka sebagai orang Bali tulen.
BUNGA RAMPAI
Masa Pra Katolik:
7 Juli 1601: Bali membuka diri terhadap terhadap pengaruh Eropa. Raja
Dewa Agung Dalem Bekung mengeluarkan surat yang mengizinkan
orang Eropa datang dan berdagang di Bali .
Pada tahun 1635 Raja Dewa
Agung Dalem Dimade mengirim surat dalam bentuk
lontar kepada Portugis di Malaka mengenai perdagangan dan undangan kepada para
misionaris untuk datang ke Bali .
Berikut adalah petikan isi
Lontar Purana (Gedong Kirtya – Dokumen No. 827) tersebut:
“Saya akan senang sekali,
jika mulai sekarang kita bersahabat dan orang datang ke pelabuhan ini untuk
berdagang. Saya pun akan sekali jika imam-imam datang ke sini agar siapa saja
yang menghendaki dapat memeluk agama Kristen”. (Sejarah Gereja Katolik Indonesia :
Buku Dokumentasi MAWI, Hal. 345)
Dari isi surat itu jelas
sekali bahwa Raja Bali memberi peluang bagi rakyat Bali
untuk memeluk agama Kristen. Karena yang diundang adalah pedagang Portugisdan
menyebut kata Imam, maka sangat mungkin yang dimaksud dengan agama Kristen
adalah agama Katolik.
11 Maret 1635: Pastor Manuel
De Azevedo, SJ dan Pastor Carvalho, SJ datang ke Bali
November 1890: Bali dikunjungi oleh Pastor SJ dari Jawa (kunjungan
rohani untuk para pegawai pemerintah)
10 Maret 1891: Vikaris
Apostolik Batavia yakni Pastor Luypen, SJ
mengajukan surat
permohonan kepada Gubernur Jenderal Hindia Belanda WGC. Pijnachir Hordijk untuk
minta izin penempatan satu atau dua orang misionaris di Bali .
1896: Pastor Le Cocq
d’Armandville yang bertugas di Irian kemudian ditugaskan ke Bali .
Dia meninggal sebelum ke Bali . Kemudian
datanglah Pastor Fischer (Pastor tentara) ke Klungkung dan Badung.
1898: Pastor Timmers (Pastor
tentara) berada di Lombok .
6 April 1914: Mgr. P. Noyen,
SVD meminta izin kepada Gubernur Jenderal di Batavia untuk membuat kunjungan
keagamaan ke Bali sebanyak tiga kali setahun.
12 September 1914: Mgr. P.
Noyen, SVD berkunjung ke Bali .
Desember 1914: Mgr. P. Noyen,
SVD kembali ke Bali untuk mengunjungi orang Eropa dan Melayu yang berdiam di Bali .
Tidak ada komentar:
Posting Komentar